Selasa, 10 Maret 2009

Saatnya Berfikir Untuk Nagari Yang Harmonis





Beberapa saat lagi kita akan melalui sebuah proses demokrasi yang sudah la-ma dinantikan dan menjadi momen pen-ting untuk menilai penerapan demokrasi di Indonesia. Sama halnya dengan Nagari Muaro Paiti, pada saat itu kita juga akan merasakan dampak langsung dari pesta demokrasi tersebut.
Kita tinjau lagi mengenai demokrasi, Demos dan cratein merupakan adopsi dari bahasa latin yang maknanya adalah rak-yat dan kekuasaan. Sehingga Demokrasi dimaksudkan adalah system pemerinta-han yang kekuasaan terbesar terletak di-tangan rakyat. Demokrasi dalam pelaksa-naannya dibedakan menjadi dua bagian; pertama adalah demokrasi langsung, di-mana seluruh rakyat (invividu-individu) da-pat memberikan keputusan politik secara langsung. Demokrasi langsung pernah di-anut oleh kerajaan Yunani pada masa lalu, dan untuk saat sekarang tidak memung-kinkan dilaksanakan karena keanekaraga-man penduduk dan jumlah penduduk, se-hingga menimbulkan Demokrasi tidak langsung (Demokrasi perwakilan/repre-sentative) seperti yang dianut oleh Indone-sia sekarang ini.
Dengan prinsip keterwakilan tersebut maka masyarakat Indonesia memilih wakil yang dianggap mewakili mereka yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat sebagai representasi seluruh rakyat Indo-nesia. Maka wakil inilah yang akan me-miliki suara politik yang bisa memberikan ke-putusan tentang kebijakan politik dalam suatu Negara.
Secara politis semua penduduk memiliki hak yang sama untuk menentukan siapa wa-kilnya di DPR/DPRD I/ DPRD II, tanpa mem-bedakan status, jenis kelamin, pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan lainsebagainya. Ma-ka muncullah tokoh masyarakat yang menca-lonkan diri untuk anggota legislatif yang bia-sa disebut Caleg (Calon Legislatif) dengan kendraan partai masing-masing.
Tentunya berbagai kepentingan akan sa-ling beradu (bertentangan), berselisih, dan ada yang saling mendukung. Dari proses ini akan menimbulkan dampak positif dan nega-tif. Dampak positif yaitu kita akan mendapat-kan sosok wakil yang kita hendaki yang akan mewakili kepentingan kita kususnya suluruh masyarakat Nagari Muaro Paiti. Hal yang harus kita perhatikan adalah dampak negatif yang sangat besar jika kita tidak dewasa dan berjiwa besar menyikapi persoalan. Kawan bisa jadi lawan, “badunsanak indak bakala-ma’an”, manusuak dari balakang, banyak ca-ra yang akan ditempuh untuk sebuah “KAM-PANYE”.
Masyarakat Muaro Paiti harus sadar akan hal diatas karena secara tidak langsung akan berpotensi menghancurkan nagari, adat, pa-sukuan, dan semua keharmonisan yang ter-cipta selama ini akan lenyap. Kita tentunya tidak ingin hal itu terjadi, sehingga diantara kita haruslah ada yang mengalah untuk naga-ri Muaro paiti. Mengalah bukan berarti kalah, bukan berarti terlecehkan, mengalah adalah sikap seorang pahlawan, berjiwa besar dan adalah suatu kehormatan. Alangkah indah-nya ketika seluruh masyarakat SEPAKAT bu-latkan suara untuk mendukung nagari yang besar. Mari kita tinggalkan ego ikatan emo-sional, komunalisme (sikap ke-Kauman) dan berubahlah untuk sikap lebih objektif dan ra-sional (berdasarkan akal fikiran). Sehingga kita akan mendapatkan sosok yang bisa di-harapkan membangun nagari dengan maksi-mal dan tujuan utama kita menentukan wakil kita tercapai dengan indah, penuh harapan dan berlapang dada untuk keharmonisan hubungan di nagari Muaro Paiti. (SJ )
*Penulis sekarang sedang menyelesaikan S2 di Pasca Sarjana Unand Padang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar