Kamis, 11 Juni 2009

Wali Nagari Boikot Sarjana...??


Sampai kapan Muoro Paiti akan dilanda krisis kepercayaan,di tengah kemajuan zaman seper-ti ini. Dimana-mana orang berlomba lomba untuk sebuah kemajuan, hal itu akan terwujud apabila dikerjakan tangan - tangan yang ber-pendidikan yang memiliki andil dalam urusan-urusan tertentu.
Kembali nagari yang kami banggakan selama ini, menjadi dilema bagi ribuan masya-rakat yang merasakan sebuah kebijakan yang tidak mementingkan suara masyarakatnya. Padahal masyarakat di beri andil dalam men-cari calon yang akan di usungnya menjadi pe-mimpin, sebut saja Wali Jorong.
Ataukah ditengah-tengah adanya pembe-ritaan yang menyatakan Indonesia merupakan negara penganut paham demokrasi terbesar nomor tiga di dunia, Muaro Paiti pun mencoba terapkan sistem demokrasi, namun demokrasi yang di maksud seperti apa?. Apakah menge-nyampingkan suara masyarakat demi urusan politik semata ataukah ada pertimbangan pertimbangan yang lain.
Hal yang sangat kita sayangkan ketika pe-mimpin kita tidak lagi pro terhadap suara rak-yat, padahal yang akan mebesarkan sebuah daerah itu adalah orang-orang yang keilmuan nya bisa di pertanggung jawabkan,itupun atas dasar yang ril sesuai dengan demokrasi yang kita jalankan.
Kamipun berusaha untuk mengkonfirma-sikan ini kepada pihak-pihak terkait ternyata persoalan Wali Jorong ini masih kita temukan saling tuding satu sama lain, terlebih lagi yang dipersoalkan itu justru hal yang bertentangan dari kehendak masyarakat atau sebaliknya pa-ra petinggi nagari ini ingin menonjolkan siapa mereka bukan apa yang di inginkan masyara-katnya.
Ini merupakan PR besar bagi kita semua terutama teman-teman mahasiswa yang lagi melanjutkan pendidikan, apakah Muaro Paiti tidak butuh sosok pemimpin yang di lahirkan dari kampus perguruan tinggi,sehingga Sar-jana saja “ditolak” jadi Wali Jorong.
Tapi mungkin sebuah harapan bagi kita kepada pembesar-pembesar nagari, mari kita perbaiki kampung dengan mengedepankan akal yang sehat dan hati yang jernih tidak semata mengedepankan kepentingan pribadi ataupun keluarga.
Masyarakat tidak bodoh seperti yang kita bayangkan,mungkin masalah demi masalah nantinya akan berakibat terhadap perlawanan sehingga akan beredampak buruk terhadap keharmonisan hubungan kita di dalam berma-syarakat.
Masih membekas tragedi yg terjadi di kenaga-rian Tiku V Jorong, kecamatan Tanjung Mutiara, Agam, yang mana semua warga memboikot Wali Jorong yang di pilih Wali Nagari karena tidak se-suai dengan keinginan warga,dan terjadi demo besar-besaran di nagari tersebut.
Sebelum hal ini terjadi di nagari kita sebaiknya kita pertimbangkan kembali apa yang di suarakan masyarakat. (Mhs. Hukum dan Politik Fak. Syari'ah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar